Sabtu, 12 Januari 2013

The Impossible : Cerita Indah Setelah Tsunami



Tidak lama berselang dari awal film, the big thing happens. Tsunami secara tiba-tiba mengubah nuansa film dari kedamaian yang menentramkan, menjadi mimpi buruk yang mengerikan. 

Film ini betul-betul dapat menampilkan segala sesuatunya menjadi begitu hidup.. begitu nyata. Sesuatu yang sepertinya sederhana, dapat menjadi begitu intens. Seperti contoh adegan Henry menelpon ke rumah untuk mengabari apa yang terjadi. 

Tidak hanya itu, film ini juga menampilkan hal yang besar-besar. Rumah sakit yang ramai, kerusakan kota yang luar biasa, dan korban yang bergelimpangan, merupakan contoh besarnya kemampuan yang dimiliki oleh sutradara, produser, dan seluruh cast&crew yang terlibat. 

Patut mendapat pujian adalah acting yang ditampilkan oleh Naomi Watts sebagai Maria, Ewan Mc Gregor sebagai Henry, Tom Holland sebagai Lucas, Samuel Joslin sebagai Thomas, dan Oakley Penderglast sebagai Simon. Kekuatan acting yang ditampilkan oleh masing-masing mereka, menjadikan tema film yang ingin menampilkan kolaborasi di antara anggota keluarga, dapat terlihat dengan sangat baik. Jika harus memilih salah satu, maka saya pribadi memilih Tom Holland yang berperan sebagai Lucas. Rasa takut, getir, dan keberanian, mampu diperlihatkannya dalam setiap fase cerita.


Pujian juga untuk special make up effect artist. Luka pada betis belakang Naomi Watts, kulit yang terbuka dan darah yang mengalir, betul-betul dapat membuat ngilu pada penonton yang melihatnya.

Beberapa quotes diulang-ulang pada beberapa adegan, menurut saya pribadi ingin menegaskan kesan yang ingin diperlihatkan pada penonton. Contohnya adalah quotes dari Naomi Watts (Maria):
"Close yout eyes, think of something nice"

Quotes tersebut juga disampaikan Thomas ketika ingin menenangkan adiknya Simon, dan oleh perawat di rumah sakit ketika akan membius Maria. Menurut saya, quotes itu ingin memberikan kesan begitu terguncangnya mental para korban, sehingga salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan memejamkan mata, melupakan segala yang telah dan sedang terjadi, kemudian mengganti bayangan tersebut dengan hal-hal yang indah. 

Hanya satu hal yang mengganjal dari 113 menit durasi film. Yaitu adegan ketika seorang ibu tua datang menghampiri Thomas, lalu mereka berdiskusi mengenai bintang. Menurut saya adegan tersebut terlalu puitis dan teatrikal. Di tengan-tengah segala sesuatu yang begitu real, adegan tersebut seperti mencabut penonton dari mimpi yang sedang dibangun. 

Akhir kata, film ini merupakan film drama keluarga yang disuguhkan dengan sangat apik. Keren!